Nadia Marva Triana - fakultas kedokteran hewan 2016 (foto: istimewa)
AKU DIDEPAN MIMPI
“Kesempatan untuk
menemukan kekuatan yang lebih baik dalam diri kita muncul ketika hidup terlihat
sangat menantang”, Joseph
Campbell
Keluarga bagi aku adalah segalanya.
Dari dan oleh keluarga aku belajar banyak hal, aku belajar mengasihi,
menyayangi dan menjaga satu sama lain. Keluarga ku bukan keluarga kaya apalagi
keluarga terpandang. Dari situ orang tua ku memenuhi semua kebutuhan keluarga
dengan penuh perjuangan dan kesederhanaan. Hidup sederhana sudah aku rasakan
sejak kecil dan hal itu yang membuat aku untuk tidak mau merasakan perjuangan
sulit menjalani hidup ketika saatnya nanti aku dewasa.
Seiring berjalannya waktu aku tumbuh menjadi
gadis dewasa, tepatnya saat aku menginjak umur 17 tahun aku duduk dibangku SMA
kelas XII. Aku bersekolah di SMA Negeri 1 Pekanbaru dimana mayoritas anak orang
kaya dan pejabat sangat mendominasi. Awal masuk SMA aku tidak yakin bisa
bertahan disekolah itu, bukan hanya dari segi kekayaan tetapi persaingan
belajar dari siswanya sangat bersaing. Berjalannya waktu tidak terasa aku akan
tamat dari bangku sekolah dan kehidupan baru akan aku mulai.
Pemikiran
siswa SMA kelas XII setelah tamat akan melanjutkan kuliah. Ya benar, pemikiran
seperti itu juga yang ada dibenak ku. Aku ingin kuliah dan harus kuliah di
Jawa. Itulah prinsip yang dari dulu aku pegang. Tidak tahu alasan pastinya apa tapi
aku ingin mencoba hal dan dunia baru diluar sana jauh dari kota asal ku. Suatu
hari pernah tersirat pertanyaan besar apakah aku bisa kuliah. Pertanyaan besar
itu membuat ku ingin mendapatkan jawabannya langsung dari orangtua. Aku
bertanya kepada ayah “Bapak apakah nanti setelah tamat sekolah nadia boleh
melanjutkan kuliah?”. Dengan spontan ayah ku menjawab, “Ya bisa nad, yang
penting sekarang kamu belajar sungguh-sungguh dapat nilai bagus dan selalu
berdoa. Bapak hanya bisa memotivasi dan mendoakan kamu. Untuk masalah uang
memang kita tidak punya tapi bapak yakin kamu bisa kuliah.” Mendengar hal itu
aku langsung menangis dan berkata, “Pak nadia kerja saja ya, nanti uangnya bisa
bantu-bantu untuk kebutuhan keluarga kita. Kalau kuliah biayanya mahal pak”.
Tetapi ayah ku menolak keinginan ku untuk bekerja karena orang tua ku punya
keyakinan bahwa anaknya Nadia Marva Triana pasti bisa kuliah untuk menggapai
cita-cita.
Hal
itulah yang menjadi motivasi terbesar aku untuk kuliah. Hari demi hari aku
lewati dengan penuh semangat, bahkan sahabat ku di sekolah sudah mulai
membicarakan dimana mereka akan kuliah. Dan aku pun ikut menceritakan keinginan
ku saat tamat sekolah nanti. Suatu hari pada saat pelajaran BK atau Bimbingan
Konseling, guru ku menawarkan beasiswa yaitu Beasiswa Bidikmisi. Beasiswa itu
hanya untuk siswa yang berprestasi dalam bidang akademik tetapi memiliki
kesulitan ekonomi. Langsung saat pelajaran selesai, aku menemui guru Bk di
ruangannya. Aku bertanya banyak hal tentang beasiswa yang disampaikan tadi karena
aku belum tahu detailnya Beasiswa Bidikmisi itu seperti apa. Dan aku
menceritakan semua keluh kesah ku kepada guru BK sekaligus meminta saran agar
aku bisa kuliah tanpa harus membebani orangtua ku.
Setelah
merasa jelas dengan penjelasan yang disampaikan, aku langsung menawarkan diri
untuk mengikuti beasiswa tersebut. Singkat cerita sekolah telah mengajukan aku
sebagai salah satu siswa penerima beasiswa bidikmisi. Dan orangtua ku sangat
mendukung keputusan ku untuk mencoba beasiswa tersebut. Pada saat pembukaan
jalur SNMPTN aku mencoba untuk memilih Universitas Airlangga sebagai pilihan
pertama dan kedua. Sedangkan untuk pilihan ketiga tidak aku pilih.
Sehari
setelah pengumuman kelulusan aku mendapat dua kabar bahagia yang pertama aku
lolos seleksi di IPB jalur undangan dan yang kedua aku ternyata lolos SNMPTN.
Sungguh aku sangat bersyukur karena Tuhan menjawab doa ku. Dengan sigap aku dan
keluarga berkumpul untuk memutuskan mana jalan yang akan aku pilih. Akhirnya
dengan mantap hati aku memilih Universitas Airlangga. Aku sangat bangga bisa
menjadi mahasiswa disalah satu perguruan tinggi favorit di Indonesia.
Tetapi
masalah selalu saja menemani langkah ku untuk terus berjalan maju. Kesulitan
ekonomi keluarga ku benar-benar membuat aku dan keluarga harus berputar kepala
memikirkan jalan keluar yang terbaik. Karena walaupun aku sudah sah menjadi
mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi, tetapi untuk pencairan dana baru akan
dimulai saat awal perkuliahan. Cerita perjuangan aku untuk bisa kuliah
sangatlah panjang, mungkin bisa disebut sedikit dramatis.
Bahkan
setelah di Banyuwangi aku masih harus berjuang. Aku dan ayah sesampainya di
Banyuwangi langsung bergegas mencari kosan, padahal saat itu kami dalam keadaan
baru saja sampai. Cuaca saat itu juga sangat panas dan membuatku ingin
beristirahat saja. Tetapi ayah selalu menguatkan aku. Setelah cukup lama
berjalan kaki mencari kosan, akhirnya kami menemukan kosan yang ayah ku rasa
cukup aman, nyaman dan lokasinya tidak jauh dari kampus.
Pada
saat ayah harus balik ke Pekanbaru, aku merasa sangat sedih. Tapi aku selalu
menahan air mata ku didepan ayah. Aku tidak mau terlihat lemah didepan ayah.
Karena ayah ku tidak pernah sedikit pun mengeluh. Padahal aku tahu betapa
sulitnya beban keluarga yang beliau tanggung. Diakhir perjumpaan ku di
Banyuwangi, ada perkataan ayah yang sampai saat ini terngiang, bahwa “jangan
sia-sia kan perjuangan kita, perjuangan kamu untuk bisa kuliah, perjuangan
keluarga untuk menyekolahkan kamu selama ini. Dan sekarang kita sama-sama
berjuang, nadia berjuang hidup mandiri disini dan kuliah yang baik. Bapak dan
keluarga berjuang dirumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga kita.”
Yang
aku tahu pada saat menghadapi masalah jangan pergi menjauhi masalah karena
setiap kehidupan pasti memiliki sesuatu yang harus diperjuangkan. Jika diri
kita merasa tidak sanggup atau bahkan merasa tidak ada jalan untuk mencapai
sesuatu, maka hal paling pertama yang harus dilakukan adalah berdoa. Mengadu
segalanya kepada Tuhan adalah cara terbaik yang dapat membuat hati dan pikiran
menjadi tenang. Dan yang pasti hanya kepada Tuhanlah kita bisa melewati segala
pergumulan hidup yang ada.
Akhir
cerita, aku sangat bersyukur atas semua perjalanan hidup yang aku alami. Aku
sangat bersyukur karena dengan adanya beasiswa bidikmisi ayah dan keluarga
tidak perlu memikirkan pembayaran UKT, dan uang bulanan yang diberi sangatlah
membantu kehidupan perkuliahan ku. Aku juga sangat bersyukur bisa kuliah karena
disini aku belajar bagaimana sulitnya menjalani kehidupan tanpa sosok keluarga
yang biasanya selalu ada dihari-hari ku. Yang sekarang aku menjadi belajar
hidup mandiri, mengatur keuangan sendiri, mengatasi setiap masalah dengan lebih
dewasa, dan banyak hal positif yang menempa diri ku menjadi Nadia yang lebih
baik lagi.
karya: Nadia Marva Triana - fakultas kedokteran hewan 2016